Sabtu, 28 November 2020

Women from the Moonlight


Aku membuka pesan dari Luna tepat setelah Mentari tertidur di sebelahku. Malam ini harusnya menjadi malam yang spesial untuk kami. Perayaan ulang tahun pernikahan kami yang ke-3 yang bertepatan dengan malam Jumat di mana kami telah menjadwalkannya untuk bercinta. Namun pekerjaan terlalu menumpuk dan Mentari sedang memiliki suasana hati yang tidak baik. Dan pada hari ini juga, seharian aku membiarkan pesan dari Luna tak terbaca hingga Mentari tertidur: Tidakkah kau merindukanku?

Aku tahu malam ini Purnama. Di saat aku menyibak gorden yang ada di belakang ranjang, cahayanya cukup kuat menerangi kamar yang gelap ini, dan kau pun membuka pintu, mengendap-endap menghampiriku agar Mentari tak terusik, kemudian menjemput tanganku dan menarikku keluar kamar.

Aku tidak tahu apakah adegan ini nyata namun masih kuingat kuat adegan detailnya: caramu menyembuhkanku, merawat lukaku, memberikan kecupan di sayap patahku, agar katamu, menjadi lekas sembuh dan aku bisa terbang lagi. Tanpa berkata, kau memelukku, mendendangkan ninabobo yang mengingatkanku kepada ibu.

Masih dalam keadaan mengantuk, dengan mata yang tidak sepenuhnya terjaga, Mentari bersandar di bahu sofa, memainkan rambutku hingga aku terbangun. Dia tersenyum dan mengatakan kepadaku, aku akan menunggumu di atas ranjang.